NUNUKAN – PT.Pertamina mendistribusikan Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Selasa (9/3/2021).
Ada sekitar 44 tabung LPG yang dikirim menggunakan pesawat jenis Casa ke daerah tersebut.
Ini merupakan pengiriman perdana ke Krayan sekaligus pertama kali di Indonesia pendistribusian LPG ke daerah menggunakan pesawat terbang.
‘’Distribusi ini, merupakan implementasi dari komitmen PT. Pertamina, untuk menyalurkan energi hingga ke pelosok negeri,’’ ujar unit Manager Comm, Rel & CSR MOR VI, Susanto August Satria, Rabu (10/3/2021).
Satria mengatakan, PT.Pertamina melakukan uji coba distribusi LPG NPSO 12 Kg sebanyak 44 tabung ke Krayan.
Untuk ini, PT.Pertamina rela merogoh ongkos angkut yang tidak sedikit demi memastikan masyarakat Indonesia, menikmati produk dalam negeri dengan harga yang terjangkau.
‘’Memang distribusi LPG dengan pesawat menjadi hal pertama di Indonesia. Pesawat telah dilakukan pengecekan, dan tentunya Pertamina memastikan dari sisi keselamatan dan keamanan. Termasuk lisensi dan keahlian pilot’’ tegasnya.
Pengiriman ke Krayan juga melalui proses cukup panjang, Pertamina butuh waktu 5 hari mendatangkan LPG 12 Kg dari depot LPG Balikpapan menggunakan kapal laut menuju Tarakan.
LPG lalu dibawa ke bandara untuk diangkut menggunakan pesawat dengan kapasitas 45 tabung per flight.
Sesampainya di Krayan, LPG dikirim ke pangkalan CV Prima Energi yang berlokasi di Kecamatan Krayan Induk.
Pendistribusian perdana untuk wilayah Krayan, akan dilakukan hingga 13 Maret 2021 dengan jumlah total 224 tabung.
‘’Untuk selanjutnya, tabung LPG kosong akan dikumpulkan di pangkalan yang sama, akan kami ambil untuk isi ulang. Kita akan evaluasi agar pendistribusian dapat berlangsung dengan aman dan lancar,’’katanya lagi.
Terpisah, Camat Krayan Induk Heberly mengatakan, distribusi LPG dalam negeri memang menjadi impian warga perbatasan RI – Malaysia.
Sejak pandemi Covid-19, wilayah Krayan yang hampir 98 persen menggantungkan kebutuhan hidup ke Malaysia ini, sangat kesulitan mendapatkan pasokan LPG.
‘’Ini sebuah harapan yang terkabul. Sejak Malaysia lockdown, kami semua kesulitan mendapat LPG, meski ada, harganya sekitar Rp.1,5 juta. Selama ini kami masih menganggap mustahil LPG bisa diangkut pesawat. Pertamina membuktikan itu ke kami,’’katanya.
Masyarakat Krayan tidak lagi harus menebang pohon untuk kayu bakar. Pasalnya, menebang pohon menjadi sebuah dilema, karena hutan Krayan merupakan hutan lindung.
Melakukan penebangan tentu berimplikasi pada hukum dan kerusakan lingkungan. Bahkan bertentangan dengan adat setempat.
‘’Kami berharap, ini ada keberlanjutannya. Pemerintah Kecamatan akan mendata berapa banyak kebutuhan masyarakat. Hasilnya akan kita laporkan ke Pertamina, supaya pasokan bisa mencukupi dan membantu meringankan perekonomian warga perbatasan’’ kata Heberly. (Dzulviqor)