Laporan Reporter Radio STI (Oktavian Balang)
TANA TIDUNG, KN – Proyek Jembatan Sungai Sebawang di Jalan Padat Karya, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung (KTT), Kalimantan Utara, menuai keluhan warga. Meski digelontorkan anggaran fantastis mencapai Rp 13 miliar dan dilaporkan telah cair penuh, jembatan strategis ini justru mangkrak. Janji rampung pada akhir 2024 kini tinggal isapan jempol, dan kondisi di lapangan justru memicu kecelakaan.
Ironisnya, saat warga masih menanti jembatan itu bisa dilintasi, sebuah truk besar justru terperosok di bagian penghubung jalan dan jembatan yang ambles. Peristiwa ini memantik keprihatinan mendalam dari Natalius John, Ketua Harian LSM Pemuda Peduli Kawasan Hutan dan Lingkungan Hidup (PPKH-LH) Kalimantan Utara.
“Kami sangat prihatin melihat kondisi ini. Padahal uang proyeknya sudah dikasih 100 persen. Tapi kenyataan di lapangan jalan ini belum maksimal, buktinya ada truk yang amblas,” ujar Natalius kepada awak media pada Sabtu (27/9) lalu.
Jembatan ini memiliki peran vital sebagai akses utama menuju Pelabuhan Feri Sebawang yang menjadi nadi penghubung Kaltara dan Kaltim. Mangkraknya proyek ini tidak hanya membahayakan pengguna jalan, tetapi juga menghambat perputaran roda ekonomi di KTT.
“Akses ini strategis karena jadi jalur utama ke Pelabuhan Feri. Ekonomi jadi terganggu karena warga harus memutar lebih jauh atau melewati jembatan alternatif yang kondisinya juga rawan,” imbuh Natalius.
Menurut Natalius, proyek yang dimulai sejak awal 2024 ini seharusnya sudah rampung pada 31 Desember 2024. Namun, pengerjaan fisik di lapangan masih jauh dari kata tuntas. Kecurigaan publik pun semakin menguat setelah papan proyek yang seharusnya memuat informasi penting justru menghilang.
“Proyek ini terkesan dipaksakan. Harusnya ada transparansi, tapi papan proyeknya saja sudah hilang, jadi masyarakat sulit memantau,” tegasnya.
Ditemukan Kejanggalan Anggaran
Kecurigaan masyarakat ternyata bukan tanpa dasar. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya kejanggalan anggaran sebesar Rp 2,129 miliar. Temuan ini menjadi sorotan utama Natalius.
“Menurut LHP BPK, ada temuan sekitar Rp 2 miliar lebih. Ini yang jadi keprihatinan besar kami. Uang negara begitu besar dikucurkan, tapi realisasinya gagal,” ungkap Natalius.
Menanggapi kejadian ini, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) KTT, Punjul Sidi Waluyo, membenarkan bahwa insiden truk amblas terjadi di bagian oprit atau segmen penghubung jembatan. “Benar, unit truk itu amblas di oprit jembatan, kebetulan kami bantu mengevakuasinya,” kata Punjul.
Namun, Punjul menyatakan bahwa progres pembangunan masih sesuai dengan kontrak tahun 2024. Pengerjaan akan dilanjutkan pada tahun 2025 sebagai tahap kedua. “Insyaallah, akan segera dikerjakan,” ujarnya.
Saat diminta keterangan lebih lanjut terkait temuan BPK dan mangkraknya proyek, Punjul justru meminta jurnalis untuk datang langsung ke kantornya. “Silakan nanti ke kantor DPUPR untuk dapatkan info lebih lengkapnya,” pungkasnya.
Respons ini meninggalkan tanda tanya besar. Mengapa informasi yang seharusnya bersifat terbuka justru terkesan ditutupi, dan mengapa proyek yang menelan anggaran miliaran rupiah ini begitu mudahnya “terseret” masalah?