Site icon Kabar Nunukan

Plafon Kelas Ambruk: Siswa SMP di Nunukan Histeris Kiranya Gempa Bumi

NUNUKAN, KN – Pagi yang seharusnya diisi kegiatan belajar mendadak mengubah suasana menjadi mencekam bagi puluhan siswa kelas IX SMPN 1 Lumbis, Nunukan, Kalimantan Utara, pada Sabtu (8/11) pagi. Kepanikan melanda saat plafon ruang kelas ambruk seketika di tengah kegiatan belajar mengajar.

​Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 08.00 WITA, tak lama usai apel pagi, seketika memantik jeritan histeris para pelajar. Mereka langsung berhamburan lari keluar kelas; pasalnya, sebagian besar bahkan mengira insiden itu merupakan tanda-tanda gempa bumi.

​”Plafon kelas IX C tiba-tiba saja runtuh, dan terjadi saat kelas sedang berlangsung. Suasana cukup heboh memang. Anak-anak kaget dan shock berat. Selain itu, mereka menduga ada gempa bumi karena suara gemuruhnya lumayan kencang,” jelas Kepala SMPN I Lumbis, Idrus, saat dihubungi Senin (10/11).

​Siswa Alami Luka Ringan dan Trauma Psikologis

​Saat berusaha menyelamatkan diri, beberapa pelajar mengalami luka ringan. Akibatnya, serpihan puing asbes mengenai kepala sebagian siswa, dan tak sedikit dari mereka mendapatkan memar setelah kaki meja membentur tubuh saat berdesak-desakan keluar kelas.

Meskipun luka fisik tidak serius, Idrus memastikan sekolah melarikan beberapa siswa ke Puskesmas. Sekolah mengambil langkah ini bukan hanya untuk mengobati luka, melainkan juga untuk mengatasi kondisi psikologis mereka yang kaget dan shock berat.

​”Luka memang tidak serius, tetapi mereka shock dan kaget. Oleh karena itu, kami perlu memperhatikan juga kondisi psikologis anak-anak kami,” imbuhnya.

​Idrus menyebut, anggapan gempa bumi itu ternyata terkait kabar gempa bumi tektonik magnitudo 4,8 dan 4,4 di Kota Tarakan. Kabar ini memang santer diberitakan media dan menjadi perbincangan hangat di masyarakat Kaltara beberapa hari terakhir.

​Konstruksi Gypsum Baja Ringan Menyebabkan Kerentanan Plafon Sekolah

Di sisi lain, ambruknya plafon ini bukan kali pertama melanda SMPN 1 Lumbis. Idrus menuturkan, kondisi ini berulang, dan pihak sekolah sudah berkali-kali melaporkan kondisi tersebut kepada Kepala Dinas Pendidikan Nunukan.

​Ia memaparkan, permasalahan konstruksi bangunan menjadi akar masalahnya. Model konstruksi yang sama menimpa hampir semua sekolah yang merupakan proyek bangunan Kemendikbud pada tahun 2022 lalu.

​”Konstruksi plafon itu memakai gypsum, dan rangka baja ringan mengikat plafon. Dengan demikian, saat musim hujan, asbes menyusut dan lembap, akibatnya asbes jatuh,” tutur Idrus, menjelaskan penyebab teknis insiden.

Sebagai langkah tindak lanjut, pihak sekolah kini berinisiatif melakukan gotong royong membersihkan reruntuhan. Mereka juga langsung memeriksa kondisi plafon di semua bagian sekolah sebagai langkah antisipasi dini.

​Dinas Pendidikan Nunukan Akui Keluhan Serupa

Menanggapi kejadian ini, Sekretaris Dinas Pendidikan Nunukan, Ambo Tuo, membenarkan bahwa keluhan serupa perihal plafon ambruk melanda sejumlah sekolah di Kabupaten Nunukan. Faktanya, fenomena ini mengenai sekolah di wilayah pedalaman dan juga yang berada di area kota.

​”Dinas Pendidikan sudah menugaskan pegawai untuk melihat langsung di lapangan. Memang kondisi plafon dengan rangka baja dan asbes tebal menimbulkan kerentanan ambruk. Apalagi saat hujan,” jawab Ambo.

​Untuk solusi jangka panjang, Ambo Tuo telah menyiapkan usulan. Ia menyatakan, secara keseluruhan, penggantian material menghasilkan jalan keluar yang paling efisien dan aman.

​”Untuk selanjutnya kami mengusulkan pembuatan plafon dengan rangka kayu saja. Ini memberikan solusi yang jauh lebih aman dan lebih efisien juga,” pungkasnya. (Dzulviqor)

Exit mobile version