NUNUKAN – Warga desa Atap, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mrnyatakan keresahan akibat longsor di wilayah mereka, melalui puisi yang berjudul “Surat Kaleng Untuk Tuhan”.
‘’Surat itu ibaratnya puisi yang kami beri judul ‘surat kaleng untuk Tuhan’. Itu ditulis atas dasar perasaan semua warga, dan penantian panjang yang butuh uluran tangan pemerintah atas musibah yang terjadi sejak lima tahun lalu. Surat itu, karya seluruh masyarakat Desa Atap, dibuat beramai ramai,’’ ujar Kepala Desa Atap, Tahir, saat dihubungi, Rabu (22/11/2023) lalu.
Berikut kutipan puisi yang direkam warga dan viral di sosial media.
‘Surat Kaleng Buat Tuhan’
Kepada Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Mendengar, dengan segala kemahamuliaanmu.
Tuhan, surat ini kami kirimkan dari RT 4 , 5 dan 11. Dari sebuah kampung Tua, Desa Atap, kecamatan Sembakung. Kecamatan tertua pula di Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia, Asia Tenggara, Benua Asia, planet Bumi.
Kami mengadu pada Mu, tentang longsor yang telah kami alami, yang mengancam kehidupan kami, rumah rumah tempat kami tinggal, rumah rumah walet kami.
Bahkan Tuhan juga pasti sudah tahu, ada jalan raya beraspal yang dilalui dan menghubungkan tiga desa sekaligus, yaitu, Desa Manuk Bungkul, Desa Atap, dan Desa Lubakan, yang terancam terputus oleh abrasi.
Termasuk tiang listrik dan kabel kabelnya. Ini aset pemerintah yang nilainya berpuluh puluh miliar, kan itu sayang.
Selama ini Tuhan, bukannya kami diam dan hanya mengeluh. Macam macamlah kami buat disitu. Menimbun pasirlah, beribu ribu karung disitu sudah kami pakai mendinding tebingnya itu, ndak juga mempan.
Ada juga menggali kanal, ndak juga bisa. Untung saja tidak ada usul untuk tanam kepala kerbau disitu, karena perbuatan syirik, Tuhan pasti marah kan?
Diusul juga dorang lewat Musrenbang, bertahun tahun sudah, hasilnya remang remang.
Padahal pemerintah dan BPBD Kabupaten pernah meninjau, sampai saat ini, belum ada tanggapan serius untuk penanganan. Sementara longsor tidak pernah berhenti.
Tuhan, Engkau maha mendengar dan maha penyayang. Tolong ketuk pintu hati para pemimpin kami, Bapak Presiden Jokowi, Bapak Gubernur Zainal Paliwang, Ibu Bupati Laura Hafid.
Kami sayang sama mereka ini Tuhan. Semogalah mereka serta keluarganya sehat walafiat, bahagia di dunia akhirat, dan selalu dalam lindungan Mu
Tapi Tuhan, tolong kasih tahu dan ketuk hati dorang pejabat pejabat ini, lekas lekaslah bah diurus longsor itu, ndak sudah jauh, 15 depa saja lagi itu Tuhan.
Dua tiga hari ini, biarlah sudah dorang mengurusnya. Sebelum turab permanen dibuat, harus segera ada tindakan cepat dan darurat yang bersifat mendesak agar longsor itu tidak terus menerus.
Itu aja Tuhan, mudah mudahan permintaan kami dikabulkan, Aamiin.
Dari hamba Mu yang selalu berharap kasih sayang Mu.
‘’Desa Atap ini menjadi wilayah paling terdampak dalam setiap peristiwa banjir rutin tahunan yang terjadi. Tapi Alhamdulillah, rasa kekeluargaan kami sangat kuat. Kami selalu gotong royong saat ada tanah terbelah, ketika ada rumah warga kami jatuh ke sungai. Kami kerja bakti membuatkan saudara kami rumah yang baru,’’ imbuh Tahir.
Dia mengatakan, penanganan longsor dan abrasi tersebut, tidak dapat diakomodir menggunakan APBDesa.
Sedikitnya, ada 908 kepala keluarga (KK) yang terdampak akibat kondisi ini.
‘’Jadi kami sudah bawa ke Musrenbang berkali kali. Kami tidak tahu apa kekurangan kami, usulan kami di Musrenbang tidak pernah tembus. Ada survei BPBD Nunukan, tapi sampai hari ini, tidak ada penanganan,’’ tegas Tahir.
Sementara itu, guna menyuarakan hal yang serupa, seorang gadis Desa Atap turut menyuarakan harapannya.
Dengan bahasa lugas namun santun, ia berucap sambil menahan isak tangis, akibat rumahnya yang terancam ambruk akibat longsor.
‘’Ibu Bupati Laura Hafid, yang cantik dan baik hati, tolonglah kami. Rumah kami tinggal sedikit lagi akan longsor ke sungai. Kalau rumah kami jatuh ke sungai, dimanalah kami tinggal bu? Bu tolonglah turun kesini lihat kami,’’katanya menahan tangis.
‘’Pak Gubernur Zainal Paliwang yang penyayang anak anak dan baik hati, tolonglah kami. Rumah kami tinggal sedikit lagi akan longsor ke sungai. Kalau rumah kami jatuh ke sungai, dimanalah kami tinggal pak. Pak tolonglah Bapak turun kesini, lihat kami. Salam sayang untuk pak Gubernur,’’ ujar gadis tersebut.
Respons Bupati Nunukan
Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid, saat diwawancarai wartawan terkait video yang tengah viral tersebut, memastikan bahwa Pemkab Nunukan, selalu menjadikan persoalan di Kecamatan Sembakung, sebagai prioritas.
Kendati demikian, cukup banyak persoalan di Sembakung yang tak bisa dikerjakan sekaligus. Butuh proses, waktu, dan biaya yang tidak sedikit.
‘’Untuk persoalan yang viral itu, tadi pagi saya sudah mendapatkan informasi dari BWS (Balai Wilayah Sungai) Pak Bambang. Mereka segera mengeksekusi, menindaklanjuti, mengatasi persoalan longsor itu dengan membangun beronjong,’’ jawabnya.
BWS juga meminta Pemkab Nunukan untuk memfasilitasi administrasi dan memberikan pendampingan untuk percepatan solusi masalah ini.
‘’Saya sudah perintahkan OPD terkait berkomunikasi dengan Camat dan Kepala Desa yang ada di Atap,’’ kata Laura. (Dzulviqor)