Site icon Kabar Nunukan

Krisis Ganda di SMPN 2 Nunukan: Ancaman Kobra dan Polemik Bus Sekolah OPD

NUNUKAN, KN – Lingkungan belajar 600-an siswa SMPN 2 Nunukan, Kalimantan Utars, di Sei Fatimah, kini menghadapi ancaman nyata yang harus segera direspons yakni seringnya kemunculan ular kobra di area sekolah. Kekhawatiran ini diperparah dengan polemik transportasi sekolah yang dilaporkan disalahgunakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) setempat.

​Laporan kemunculan ular berbisa ini bukan isapan jempol. Para guru dan penjaga terpaksa membunuh kobra yang masuk ke lingkungan sekolah. Anggota DPRD Nunukan, Mansur Rincing, menegaskan kondisi ini tidak bisa dianggap remeh.

​”Sering kejadian ular hitam (kobra) masuk ke lingkungan sekolah. Itu membahayakan anak-anak kita maupun guru. Kita berharap ini menjadi perhatian Pemerintah,” ujar Mansur Rincing, Rabu (5/11/2025).

Ancaman Mematikan, Sarang Kobra di Belakang Sekolah

​Ular kobra dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan. Ancaman ini semakin nyata, mengingat lokasi sekolah berbatasan langsung dengan semak belukar dan hutan yang diduga menjadi habitat utama.

​Mansur Rincing mengatakan telah menerima laporan terkait sumber masalah ini. Lebih lanjut, “Berdasarkan laporan yang diterima, ada sarangnya di areal hutan belakang sekolah. Itu kenapa banyak ular di sekitar SMPN 2 Nunukan,” imbuhnya.

​Dengan 600 siswa berada dalam ancaman, Mansur Rincing mendesak tindakan protektif yang cepat.

“Kita usulkan ada pemagaran keliling sekolah. Ini masalah nyawa, jadi tidak bisa dianggap tidak prioritas,” katanya, menekankan, keselamatan siswa adalah isu prioritas utama yang tidak bisa ditawar.

OPD Pinjam Bus Sekolah, Siswa Terlantar

Di samping ancaman fisik tersebut, kualitas pendidikan siswa SMPN 2 Nunukan juga terganggu oleh masalah transportasi. Bus sekolah yang seharusnya melayani ratusan pelajar, justru OPD sering pinjam untuk keperluan lain.

​”Saya juga menerima keluhan bus sekolah sering dipakai salah satu OPD. Anak-anak bingung bagaimana ke sekolah, mereka sering terlambat,” ungkap Mansur, menyoroti dampaknya pada jam belajar siswa.

​Mansur mempertanyakan urgensi OPD dalam menggunakan satu-satunya bus sekolah tersebut, mengorbankan hak anak untuk tiba di sekolah tepat waktu.

​”OPD seharusnya bisa mencari alternatif lain, sementara anak sekolah hanya berharap bisa naik bus untuk berangkat sekolah. Bus sekolah cuma satu, kondisinya juga sudah butuh banyak perbaikan. Bantulah perbaiki, jangan hanya menggunakan dan mengorbankan jam belajar anak-anak sekolah,” protesnya keras.

Ironi Infrastruktur, Air Bersih dan Lapangan Tanah Liat

Terakhir, masalah infrastruktur dasar memperburuk situasi di sekolah tersebut.

  1. Air Bersih PDAM Belum Tersedia.  Meskipun tak jauh dari sekolah terdapat bendungan, sekolah belum menerima layanan saluran air bersih PDAM. Ketiadaan akses sanitasi yang memadai mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) harian.
  2. Lapangan Upacara Tanah Liat. Lapangan upacara masih berupa tanah liat, yang menyebabkan becek dan menghambat penggunaan optimal saat hujan, mengganggu aktivitas fisik dan upacara bendera.

Alhasil, tiga masalah mendesak—ancaman kobra, penyalahgunaan bus sekolah, dan minimnya infrastruktur dasar—memaksa Pemerintah Kabupaten Nunukan segera bertindak demi menjamin keselamatan dan hak pendidikan 600-an siswa. (Dzulviqor)

Exit mobile version