NUNUKAN – Ditengah lonjakan COVID-19 di Pulau Sebatik, warga disana kesulitan mendapatkan kebutuhan pangan jenis gula pasir asal Malaysia selama ini mereka konsumsi.
Sejak sebulan belakangan ini ketersediaan gula pasir Prai asal Malaysia mengalami kelangkaan di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara jiran tersebut.
H. Herman Bacco salah satu pengusaha supermarket di Pulau Sebatik membenarkan kondisi tersebut.
Dia mengatakan penyebab kelangkaan tersebut karena banyak karyawan pabrik gula di Malaysia yang terpapar COVID-19, sehingga produksi berkurang.
“Sudah 42 tahun saya hidup di Sebatik, baru kali ini terjadi kelangkaan gula pasir Malaysia,’’ ujar H.Herman Bacco, Rabu (14/7/2021).
Untuk mengatasi kelangkaan gula pasir asal Malaysia saat ini, H. Herman terpaksa mendatangkan gula pasir bulog dari kota Tarakan.
‘’Kami tidak berani pesan banyak karena kalau masuk lagi itu gula Prai, tidak laku gula kita. Sementara ini kami hanya pesan sekitar 300 Kg saja,’’ katanya lagi.
Satu kilo gula Bulog dihargai Rp.17.000, sementara gula Prai dibanderol Rp.17.500 per kilogram.
Namun gula bulog dikemas dalam karung dengan berat 50 Kg jadi masih butuh plastik kiloan dan tenaga lagi untuk mengemas gula menjadi kemasan 1 Kg.
‘’Saat ini antusiasme masyarakat cukup tinggi karena gula Prai langka. Tapi Malaysia sudah mulai longgar, saya juga tidak berani pesan banyak banyak ke bulog, sekedar mengisi kekosongan saja. Sampai sekarang, biar mutu gula kita lebih bagus, orang Sebatik sudah terbiasa dengan gula Malaysia,’’ katanya. (Dzulviqor)