Site icon Kabar Nunukan

KBMB : Depot Tahanan Imigrasi Sabah Malaysia “Neraka Bagi WNI”

NUNUKAN – Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB), merilis data sedikitnya 18 WNI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi (DTI) Sabah Malaysia, sepanjang periode Januari hingga Maret 2022.

Anggota KBMB, Harold Wilson, mengatakn angka tersebut masih sangat mungkin bertambah, sebab ada lima DTI yang beroperasi di Sabah Malaysia.

‘’Ini hanya angka estimasi yang kami dapatkan dari satu DTI di Sabah,’’ ujar Harold, Kamis (23/6).

Harold menegaskan, tingginya angka kematian yang dialami oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI), menunjukan seluruh otoritas terkait di Sabah, telah sengaja dan terus menerus mengabaikan standar kesehatan yang semestinya.

“Standar dan prinsip kesehatan di dalam pusat tahanan, wajib dikoreksi, dan berbagai perlakuan tidak manusiawi, harus dihentikan,” tegasnya.

KBMB juga menyoroti sejumlah kasus penangkapan terhadap PMI yang bisa terjadi kapan dan di mana saja, bahkan ketika berada di perbatasan saat akan kembali ke Indonesia

‘’Mereka bisa ditangkap ketika menempuh perjalanan, ditangkap di rumah, sedang berbelanja di pasar, atau ketika bekerja,’’ katanya.

Harold mengungkapkan, sepanjang Maret 2021 hingga Juni 2022, telah terjadi 10 kali deportasi dari 5 pusat tahanan imigrasi di Sabah, Malaysia, menuju Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

“Pada periode itu, jumlah deportan sebanyak 2.191, dimana 57 diantaranya adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun,” ungkapnya.

Lalu untuk mengetahui bagaimana kondisi para PMI saat berada di DTI Sabah Malaysia sebelum dideportasi ke Indonesia, KBMB melakukan wawancara terhadap 100 orang deportan, yang ditempatkan di rumah susun yang dikelola oleh UPT BP2MI (Unit Pelaksana Teknis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Nunukan.

Hasilnya, selain DTI di Sandakan, seluruh pusat tahanan imigrasi di Sabah, mengalami persoalan kelebihan kapasitas.

“Mereka ditempatkan di ruangan seluas 8 x 12 meter, setiap blok dihuni oleh 200 – 260 orang, setiap DTI diperkirakan memiliki 10 – 14 blok,” kata Harold.

Selain itu, seluruh blok tahanan dikabarkan dalam kondisi buruk, kotor, bahkan ada yang tidak terkena sinar matahari.

‘’Beberapa blok juga sangat bau karena kondisi toilet yang penuh dengan kotoran. Tidak ada alas tidur yang disediakan. Setiap tahanan harus tidur di lantai yang kasar, terkadang mereka melapisinya dengan kardus sebagai alas,’’ lanjutnya.

Karena ruangan yang sempit, memaksa mereka tidur dengan kondisi saling berhimpitan satu sama lain, bahkan kaki mereka akan menyentuh kepala tahanan lain di bawahnya.

“Di blok 9 DTI Tawau contohnya, saking penuhnya, beberapa tahanan terpaksa tidur di toilet,” jelasnya.

Persoalan lain yang tak kalah penting adalah minimnya fasilitas MCK di setiap DTI Sabah.

Sehingga, banyak tahanan yang harus menunda buang air besar dalam jangka waktu yang ekstrem.

‘’Kami banyak mendengar cerita mereka baru buang air besar satu kali dalam dua sampai tiga minggu,’’ tuturnya.

Untuk menyuarakan hasil dari investigasi tersebut, KBMB akan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, pada Jumat 24 Juni 2022, sekira pukul 09 .00 WIB.

Selanjutnya, KBMB juga bakal melaunching laporan bertajuk ‘’seperti neraka : Kondisi pusat tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia,’’ pada Sabtu 25 Juni 2022, pukul 14.00 WIB, bertempat di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jalan Diponegoro no 74, Jakarta Pusat.

Setelahnya aksi dilanjutkan dengan Malam Perkabungan untuk para Buruh Migran yang mengalami penyiksaan dan kematian didalam pusat tahanan Imigrasi di Sabah,Malaysia, pada pukul 17.00 WIB.

‘’Agenda Launching laporan dan Malam perkabungan dapat juga disimak melalui link https://bit.ly/3n2MaxR,’’ kata Harold. (Dzulviqor)

Exit mobile version