NUNUKAN – Tingginya animo masyarakat terhadap budidaya rumput laut, disebut mengganggu jalur pelayaran di wilayah perairan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Nunukan, Kamaruddin mengakui, kondisi tersebut berpotensi menimbulkan gesekan sosial antara pembudi daya rumput laut dengan para motoris kapal.
‘’Saya sudah mendengar kapal besar seperti Thalia melaporkan masalah jalur menyempit ke KSOP. Speedboat rute Nunukan-Tarakan juga harus mencari jalur sendiri karena di bagian tengah tertutup rumput laut,’’ ujarnya, Selasa (9/8).
Kamaruddin membenarkan penambahan pondasi rumput laut sangat massif dilakukan, imbasnya jalur pelayaran menjadi sempit.
‘’Saya sudah pernah sampaikan seharusnya dalam sebulan paling tidak hanya dua pondasi penambahan. Karena menurut perhitungan, air surut hanya terjadi dua kali dalam sebulan,” imbuhnya.
Dia berharap Pemerintah segera menetapkan zonasi budidaya rumput laut, agar para pembudi daya paham sampai dimana batas zona yang dilarang.
Selain itu, masyarakat juga sebaiknya lebih mempertimbangkan situasi dan kondisi jika ingin menambah atau memasang pondasi rumput laut.
Sebab, jika ada penetapan zona, akan banyak pondasi yang akan digusur, jika itu terjadi, masyarakat sendiri yang rugi, apalagi biayanya cukup tinggi.
“Sekarang, satu pondasi saja bisa mencapai Rp70 jutaan. Kalau dulu kan masih murah kisaran Rp20 jutaan. Itu yang perlu menjadi pertimbangan juga,” katanya. (Dzulviqor)

