Site icon Kabar Nunukan

Ini Hasil Investigasi Terhadap Polemik Oknum Guru di SDN 008 Lumbis

NUNUKAN – Hasil investigasi lapangan atas kritikan dari masyarakat terhadap sejumlah oknum guru di SDN 008 Lumbis, yang dituding malas mengajar, menemukan sejumlah fakta.

Kepala UPT Dinas Pendidikan, Kecamatan Lumbjs, Romi, fakta itu terungkap setelah mendengar penjelasan dari pihak terkait dan disaksikan perwakilan masyarakat adat setempat.

Menurutnya, kritikan yang disampaikan melalui jejaring sosial Facebook itu pertama kali diunggah oleh pemilik akun bernama Baslon dan diteruskan oleh akun Jemi Pompongan Matus.

‘’Sebagai Kepala UPT, saya diminta turun langsung mendalami kronologi kasusnya. Kita undang pemilik postingan, Kepala Sekolah, guru, juga tiga Kepala Desa sebagai perwakilan masyarakat adat untuk rapat,’’ ujarnya, Jumat (10/6).

Dalam rapat terungkap, foto yang menampilkan sejumlah siswa menunggu guru untuk belajar, diambil pada 2 Mei 2022, dan diunggah oleh Balson di Facebook, pada 2 Juni 2022.

Balson mengunggah itu karena prihatin seperti yang tergambar dalam postingan dimaksud, kebetulan dia tinggal tepat di depan sekolah SDN 008 Lumbis.

Kritik itu, untuk mempertanyakan kinerja guru yang terkesan membiarkan muridnya tidak belajar, padahal anak-anak sangat rindu sekolah pasca kebijakan belajar daring diberlakukan akibat pandemi Covid-19.

‘’Postingan itupun menjadi ramai, apalagi Kepala Sekolahnya, Pak Sayi, masih baru dilantik. Dia baru pegang SK penunjukan dua bulan lalu. Sementara Kepala Sekolah memiliki catatan bahwa aktivitas belajar mengajar tidak ada masalah sejak dia dilantik,’’ jelas Romi.

Penjelasan Kepala Sekolah

Dia melanjutkan, penjelasan dari Kepala Sekolah, (Pak Sayi) bangunan sekolah berkapasitas 6 roombel yang telah selesai dibangun sejak 2021 lalu oleh Kementrian PUPR, belum diserahterimkan dari kontraktor hingga hari ini.

‘’Jadi kuncinya diambil dari tukang, dan karena bangku dan perlengkapan lain belum tersedia, dipakailah dua lokal. Bangkunya menggunakan bangku lama, papan tulis dibeli guru,’’ kata Romi lagi.

Untuk memastikan aktivitas belajar mengajar terlaksana, pihak sekolah terpaksa menerapkan shift (bergantian) bagi siswanya yang berjumlah sebanyak 80 orang.

“Kelas 1 dan 2, dijadwalkan pada jam pelajaran pertama. Kelas 3 dan 4, pada jam pelajaran kedua. Dan kelas 5 sampai kelas 6, pada jam pelajaran terakhir,” terangnya.

Pihak sekolah tidak membantah, memang terkadang murid-murid menunggu guru yang terlambat ke sekolah, namun kondisi tersebut bukan hal yang disengaja.

Sebab, ada sebagian guru yang tinggal di Desa Mansalong yang berjarak sekitar 5 Km dari sekolah yang ada di Desa Beringin.

Akses jalanan menuju sekolah harus melewati Gunung Lalo, dengan kondisi jalan masih jelek dan tidak bisa dilewati saat turun hujan.

‘’Itu menjadi alasan beberapa guru tidak bisa datang tepat waktu ke sekolah, dan sampai agak siang, karena menunggu jalanan bisa dilewati,’’ jelasnya.

Kondisi inipun diharap bisa menjadi maklum. Pihak sekolah dan pemilik postingan, sama-sama meminta maaf atas ramainya sorotan tersebut.

‘’Kami juga memahami kondisi itu. Pihak sekolah juga meminta maaf jika dalam proses belajar mengajar ada yang tidak terlaksana,’’ kata Romi. (Dzulviqor)

Exit mobile version