NUNUKAN – Kepolisian Resor Nunukan, memberikan peringatan terhadap para orang tua, khususnya yang memiliki anak gadis beranjak remaja, untuk memberikan perhatian lebih, dan mengontrol pergaulan mereka.
Peringatan tersebut, berkaitan dengan angka kasus asusila terhadap gadis belia yang belakangan santer menjadi pemberitaan.
Merujuk data Satreskrim Polres Nunukan, tercatat ada 14 kasus asusila dengan korban ABG usia 10 sampai 17 tahun pada 2022 lalu.
Dari angka tersebut, 9 kasus diantaranya persetubuhan anak dibawah umur, 4 kasus pencabulan anak, dan 1 kasus pencabulan perempuan dewasa.
Sementara awal tahun 2023, Polres Nunukan sudah menangani 4 kasus asusila terhadap gadis belia, dengan korban anak berusia 13 dan 14 tahun.
Angka ini, belum sejumlah kasus asusila di sejumlah Polsek jajaran.
‘’Perhatian, pengawasan tingkah anak dan kontrol terhadap pergaulan mereka, harus menjadi konsen orang tua, khususnya yang anaknya gadis remaja,’’ ujar Kasat Reskrim Polres Nunukan, Iptu Lusgi Simanungkalit, Selasa (14/2/2023).
Kata Lusgi, orang tua wajib memberikan pemahaman terhadap anaknya dalam berinteraksi sosial.
Menurutnya, anak-anak harus diajari cara bersikap dengan lawan jenis, dan juga memberikan kiat khusus saat ada orang asing memperlakukan bagian tubuhnya secara tidak wajar.
‘’Pendidikan seks sejak dini itu diperlukan. Supaya anak anak tumbuh dengan kemampuan bagaimana harus bersikap dengan lawan jenisnya. Serta memahami batasan dalam pergaulan,’’ imbuhnya.
Tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi, menjadikan handphone sebagai kebutuhan tak terpisahkan.
Banyak orang tua, memberi kebebasan terhadap anaknya mengakses handphone, seakan-akan menyerahkan didikan dan mempercayakan pola asuh pada gadget.
Padahal, alat komunikasi tersebut merupakan sebuah alat bermata dua. Tanpa pengawasan, anak akan menjadikan apa yang ditampilkan di handphone sebagai referensi.
Jauh berbeda jika orang tua bijak dan membatasi serta mengedukasi anak bagaimana dan kapan waktu mengakses handphone.
‘’Kembali lagi pada rumah adalah sebuah lembaga pendidikan sebenarnya. Makanya sebagai guru, orang tua harus ketat dalam memberikan didikan dan menanamkan mental terpuji bagi si anak,’’ tegasnya. (Dzulviqor)