NUNUKAN, KN – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026, harga cabai Nunukan mulai melonjak drastis. Kenaikan harga ini langsung terasa di pasar tradisional.
Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Kabupaten Nunukan, Dior Frames, menjelaskan kondisi ini. Dior menyampaikan, saat ditemui pada Selasa (16/12/2025), cabai rawit menjadi satu-satunya komoditas pasar yang harganya naik. Pedagang kini menjual cabai rawit hingga Rp 80.000 per kilogram, padahal sebelumnya harga normalnya hanya Rp 60.000.
Ketergantungan Pasokan Picu Lonjakan Harga Cabai
Oleh karena itu, stok cabai mulai menipis. Mayoritas sayur-mayur dan Sembako untuk Nunukan selama ini memang didatangkan dari Sulawesi Selatan, sejumlah daerah lain, bahkan dari Malaysia. Pengiriman komoditas ini menggunakan kapal laut. Oleh sebab itu, ketika kapal menjalani docking atau cuaca laut memburuk, keterlambatan pengiriman pasti mendorong harga naik di pasaran.
Dior menegaskan, stok secara umum masih aman dan mencukupi. “Stok masih aman, kapal datang sesuai jadwal. Kami khawatir kalau tiba-tiba terjadi lonjakan pembelian, penimbunan, atau panic buying,” jelasnya.
Cabai Lokal Lebih Mahal karena Kesegaran
Di sisi lain, kenaikan harga cabai justru menguntungkan petani cabai lokal Nunukan. Hal ini karena kondisi cabai yang masih segar menjadikan harga cabai lokal lebih mahal dibandingkan cabai dari Sulawesi.
”Cabai lokal lebih mahal karena lebih segar. Pedagang menjual cabai hingga Rp 100.000 per kilogram,” imbuh Dior. Sayangnya, ketersediaan cabai lokal Nunukan bersifat insidentil. Petani memproduksi cabai hanya saat musim panen tiba.
Potensi Kenaikan Harga Cabai Nunukan di Akhir Tahun
Kenaikan harga cabai rawit sebesar Rp 20.000 ini dipastikan belum berhenti. Dior memprediksi, potensi kenaikan harga cabai Nunukan masih akan terjadi. Sebabnya, momen Nataru menjadi alasan utama atas kondisi tersebut.
Dior menambahkan, kapal dari Sulawesi akan berhenti berlayar pada tanggal 29 Desember 2025 dan baru kembali berlayar pada tanggal 1 Januari 2026. “Ada celah sekitar 4 hari. Saat itulah potensi kenaikan harga biasanya muncul,” lanjutnya.
Harga Sembako Masih Terkendali
Sementara itu, untuk harga komoditas Sembako lain, Dior menyatakan penjualan di pasar dan agen masih pada batas harga normal dan standar.
Hasil pantauan petugas di pasar tradisional menunjukkan harga beras medium berkisar Rp 14.000 – Rp 14.500/kg. Sedangkan beras premium dijual di kisaran Rp 16.000 – Rp 16.200/kg. Tepung berharga Rp 10.000 – Rp 11.000. Khusus tepung merek Segitiga Biru, harganya dipatok Rp 13.000/kg.
”Stok minyak goreng agaknya berkurang. Pemkab Nunukan sedang menyalurkan Bansos untuk warga miskin, dan stok minyak goreng di agen pun jauh berkurang. Tapi secara umum, ketersediaan Sembako masih aman,” tutup Dior. (Dzulviqor)

