Site icon Kabar Nunukan

Gadis ABG Kerap Jadi Korban Asusila, Faridah : Segala Cara Sudah Kita Lakukan, Kembali ke Pola Didik Orang Tua

NUNUKAN – Mengawali tahun 2023, kasus pelecehan, pencabulan dan persetubuhan terhadap anak bawah umur di Kabupaten Nunukan, kian marak.

Berdasarkan data, pada periode Januari hingga pertengahan Februari 2023, ada enam kasus asusila dengan korban gadis belia.

Sementara pelakunya, adalah pacar, orang terdekat dan orang yang dikenalnya lewat obrolan diberbagai aplikasi di sosial media.

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan, Faridah Aryani, mengakui, fenomena ini menjadi perkara yang memprihatinkan dan butuh kesadaran orang tua sebagai sentral penting tumbuh kembang anak.

‘’Segala cara kita sudah lakukan, banyak program kita jalankan. Dan semua kembali ke orang tua masing-masing. Kontrol dan pengawasan terhadap anak, harus diperkuat dalam sebuah keluarga,’’ ujarnya, Selasa (14/2/2023).

Menurut Faridah, pekerjaan terberat dalam kasus asusila ialah jika pelaku merupakan orang terdekat korban, yang seharusnya menjadi pembimbing dan pelindung.

Demikian juga, tanggung jawab besar bagi orang tua, khususnya yang memiliki anak-anak yang menjelang dewasa, untuk memperhatikan konten yang ditonton si anak, maupun aplikasi dalam gadget mereka.

‘’Kami sudah menggandeng para ketua RT dan tokoh masyarakat untuk menciptakan desa ramah anak, mengantisipasi bentuk tindak kejahatan terhadap anak. Kita sudah datangi sekolah-sekolah memberi pemahaman untuk antisipasi nikah dini. Banyak cara kita lakukan, tapi peran orang tua, menjadi perkara paling menentukan dari perilaku anak itu sendiri,’’ imbuhnya.

Faridah menyadari, sebagian besar orang tua di Nunukan sibuk bekerja mencari nafkah, sehingga mereka harus rela meninggalkan anak mereka sejak pagi sampai petang.

Kondisi tersebut berdampak pada fisik dan psikologis orang tua, mereka mengalami lelah tenaga dan fikiran, sehingga waktu untuk mendidik anak cenderung minim, bahkan nihil.

Imbasnya, anak-anak akhirnya mencari kesibukan, bebas bermain gadget, tanpa pengawasan dan akhirnya, pola pikir dan cara bersikapnya, mengikuti apa yang dia tonton dan dia saksikan.

‘’Jadi sekali lagi, kita berusaha sekuat tenaga membentuk karakter anak. Menanamkan budi pekerti dan pendidikan seks sejak dini untuk menjauhkan anak dari kasus kejahatan khususnya seksual. Tapi anak-anak memiliki dunianya sendiri, dan rumah merupakan tempat pendidikan yang sesungguhnya,’’ katanya lagi.

Untuk itu, sebaiknya orang tua lebih memperhatikan perkembangan anak. Memberi waktu lebih untuk memberikan nasehat dan didikan agama untuk memastikan anaknya mampu membedakan mana baik dan buruk.

‘’Pola asuh, kedekatan hubungan dengan anak, dan kesediaan orang tua mendengar cerita anak dengan menyisipkan nasehat dan petuah, menjadi kunci yang menjaga anak-anak kita terjerumus dalam pergaulan bebas,’’ kata Faridah. (Dzulviqor)

Exit mobile version