NUNUKAN – Bupati Hj. Asmin Laura, S.E., M.M., Ph.D., mengaku prihatin atas kasus dugaan ijazah palsu calon Kepala Desa (Kades) di desa Sanur kecamatan Tulin Onsoi Kabupaten Nunukan, Petrus Hadi Ladjar, yang mencuat dalam gelaran pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak 2021.
Menurutnya, kasus tersebut sangat merugikan calon kades yang bersangkutan.
‘’Kalau saya lebih prihatin ke yang bersangkutan, karena posisinya sudah menang, kemudian divonis ijazah palsu,’’ ujarnya, Selasa (9/11/2021).
Laura menilai, panitia pemilihan tidak melakukan sosialisasi dengan baik, dan terkesan tidak jeli dalam melakukan verifikasi.
Padahal, calon Kades juga sudah mengikuti semua tahapan dan dinyatakan lolos dalam semua persyaratan.
Namun demikian, panitia lupa satu hal, dimana ijazah paket yang digunakan calon Kades wajib terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
‘’Sementara Dapodik hanya dibuka dua kali setahun info yang saya terima. Semestinya yang mengeluarkan ijazah itu kalau memang ini belum bisa mengikuti pilkades kan harus diberi tahu. Tetapi mereka tidak menyampaikan itu. Dan pada saat verifikasi di panitia, itu lolos. Setelah menang, baru ribut ijazah palsu,’’ katanya prihatin.
Akibat polemik tersebut, Petrus akhirnya harus mundur dan Pemerintah Daerah menunjuk Penanggung Jawab/PJ dari pegawai Kecamatan untuk sementara waktu.
‘’Saya menilai ini secara pribadi dan tidak ada unsur apa-apa, lebih karena ketidak tahuan calon Kades sebenarnya. Seandainya ini (ijazah) bermasalah tentu dia tidak daftar. Karena merasa lolos verifikasi, dia merasa itu sudah clear, jadi mungkin lebih karena kecerobohan panitia yang ada saat itu,’’ kata Laura.
Untuk diketahui, kemenangan Petrus Hadi Ladjar dengan 443 suara di Pilkades Desa Sanur 2021, dianulir akibat dugaan ijazah palsu.
Pada Pilkades di Desa Sanur, Kecamatan Tulin Onsoi ada 4 calon yang maju berlaga untuk memperebutkan kursi Kepala Desa, masing-masing, Nuryanto, Petrus Hadi Ladjar, Yohanes Laba Karangora dan Bunardi.
Petrus memperoleh suara terbanyak dengan jumlah 443. Urutan suara terbanyak selanjutnya adalah Bunardi dengan perolehan 430 suara, disusul oleh Nuryanto dengan 159 suara dan terakhir Yohanes Laba Karangora dengan 5 suara. (Dzulviqor)