NUNUKAN – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Nunukan, menyayangkan pemecatan dua dokter spesialis yang dituding melakukan tindakan indisipliner. Kebijakan tersebut dianggap kerugian besar bagi Kabupaten Nunukan.
Ketua IDI Cabang Nunukan, dr. Sholeh Rauf, M.Kes.,Sp.A, mengatakan IDI tidak dilibatkan dalam proses pemecatan terhadap dua orang rekannya tersebut.
‘’IDI tidak dilibatkan dalam proses pemecatan tersebut, sehingga kita tidak bisa memberi masukan dan saran terhadap regulasi terhadap dua rekan kami yang dipecat,’’ ujarnya, Kamis (29/12/2022).
Kata Sholeh, saat ini negara dilanda krisis dokter spesialis. Bahkan Menteri Kesehatan RI, Gunadi Sadikin, mengagendakan program beasiswa untuk memenuhi kebutuhan dimaksud.
‘’Sangat sulit mendapat dokter spesialis, seharusnya saat kita memiliki kualitas tersebut harus dijaga bagaimana baiknya,” sesalnya.
Menurut Sholeh, para dokter yang dipecat sudah seharusnya mendapat haknya untuk berkembang dan memperbaiki kualitas diri dengan bersekolah.
Seperti dr T yang sudah mengabdi di pedalaman RI selama 10 tahun. Tentu sangat ingin mendapatkan akses pendidikan berkelanjutan demi karirnya. Sayangnya, akses tersebut tidak diperolehnya.
‘’Dengan kualifikasi tersebut, dokter T akhirnya nekat mengambil study spesialis mikrobiology dan lulus. Namun sayangnya malah dipecat. Kebijakan tersebut sungguh menjadi penyesalan dan hal yang sangat kami sayangkan,’’ katanya.
Demikian pula terhadap dr. AA yang mengalami nasib yang sama (pemecatan).
“Spesialis gigi juga tak kalah penting, makanya sekali lagi, kami dari IDI, sangat menyesalkan pemecatan itu,’’ tegasnya.
Sementara itu, ditanya soal solusi Pemkab yang membuka lowongan dokter kontrak untuk mengisi kekosongan tenaga media menurut Sholeh bukanlah langkah yang dapat menyelesaikan masalah.
‘’Jadi meskipun Pemda sudah membuka peluang untuk dokter kontrak, itu tidak menyelesaikan masalah. Yang datang hanya dokter umum, sementara keberadaan dokter spesialis adalah kebutuhan yang sangat berarti,’’ jelasnya.
Soleh juga mengatakan, kedua dokter yang dipecat, sebenarnya adalah asset Nunukan yang berharga.
Di saat Negara sedang gencar-gencarnya menambah dokter spesialis, Kabupaten Nunukan, justru memecat asset berharganya, yang menurut Soleh, sama halnya melepas emas 24 karat.
Dokter spesialis itu sangat berharga, dan rumah sakit swasta pasti akan berebut ingin menjalin kerjasama.
‘’IDI berharap akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan bagi para dokter. Agar kami bisa memberikan pandangan dan penjelasan spesifikasi ilmu kesehatan yang dibutuhkan Nunukan,’’ harap Soleh. (Dzulviqor)
15,078 dibaca, 7 dibaca hari ini
