Connect with us

Hi, what are you looking for?

Sosial

Dua Bayi Karyawan PT BSI Derita Infeksi Paru Paru, Satu Koma

NUNUKAN – Bayi laki laki yang belum genap setahun, bernama Muhammad Naufal, terus menangis meski orang tuanya berusaha keras mendiamkannya.

Tubuh mungilnya yang terbaring di nakas RSUD Nunukan, Kaltara, terus menggeliat seakan menahan sakit.

Ia hanya sesekali meminum susu bayi dalam dot, dan kembali menangis dengan wajah piasnya.

‘’Kondisinya sudah membaik dari sebelumnya yang lemas tak ada tenaga. Kata dokter, Naufal infeksi paru paru,’’ ujar Ibu Naufal, Riska Dwi Marita (30), saat ditemui di RSUD Nunukan, Selasa (30/4/2024).

Naufal, merupakan anak pertama dari pasangan Riska Dwi Marita dan Arifin Triasakti (30) yang berasal dari Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Riska menceritakan, anaknya sudah seminggu menderita sakit. Awalnya, si kecil hanya mengalami demam, batuk, pilek dan muntaber.

Sebelumnya, Riska dan suaminya, hanya bisa memeriksakan kondisi anaknya di klinik perusahaan kelapa sawit PT. Bumi Seimanggaris Indah (BSI), di Kecamatan Seimanggaris, tempat mereka bekerja.

‘’Dokter klinik perusahaan, menyarankan untuk dirujuk. Kondisinya sudah sangat lemah dan terus memburuk saat itu,’’ tuturnya.

Bayi Naufal, dilarikan ke RSUD Nunukan pada Minggu (28/4/2024). Ia hanya mengenakan kaos dalam dan popok bayi saja.

Saat itu, si bayi sudah sangat lemah, sehingga kedua orang tuanya panik, hingga tak sempat bersiap siap membawa perlengkapan bayi atau sekedar baju ganti.

Sampai di RSUD Nunukan, Risma hanya bisa menangis, karena ia tidak memiliki uang untuk membelikan susu anaknya, atau untuk sekedar membeli camilan pengganjal perut.

Kisah Risma dan bayinya, akhirnya membuat teman sekamarnya iba, ia menuliskan kisah bayi Naufal, dan mengunggahnya di media sosial.

Sejumlah bantuan akhirnya datang, dan hal tersebut, membuat Risma sangat tersentuh karena masih ada orang baik yang mau berbagi meski tak pernah mengenal atau tidak memiliki hubungan saudara.

Baca Juga:  Peduli Musibah Kebakaran Tarakan, Komunitas Senam Tari Perbatasan Salurkan Bantuan

‘’Saya bersyukur sekali banyak orang baik yang membantu. Saya sangat senang kondisi Naufal mulai membaik. Semoga cepat diberi kesembuhan,’’ harapnya.

Sebenarnya, di hari yang sama saat Naufal dirujuk, ada bayi lain yang juga dibawa ke RSUD Nunukan. Diagnosa dokter juga tak berbeda dengan Naufal (infeksi paru-paru).

Kondisinya bahkan lebih buruk dari Naufal dan sedang mengalami koma dan dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

‘’Ada bayi teman saya juga, kondisinya koma. Anak itu juga dititip di TPA PT BSI juga,’’ kata Risma.

Penyebab infeksi paru paru

Lalu apa penyebab kedua bayi tersebut sampai mengalami kondisi demikian, bahkan koma?

Risma menuturkan, bayinya diduga kurang mendapat perhatian perawat TPA PT BSI. Setiap kali menitipkan anak, ia akan mengisi dot anaknya dengan teh manis, dan membekali air mineral, karena kualitas air di perusahaan kurang baik, bahkan keruh.

‘’Saya baru sadar ketika mengambil anak saya di TPA sepulang kerja. Kondisinya sangat lemah, pas sampai mes perusahaan, saya buka dot, masih ada sisa teh manis. Artinya dotnya tidak dikasih dan air mineralnya juga tidak diminumkan ke bayi saya,’’ ujarnya.

Hal tersebut, ia tanyakan pada karyawan lainnya. Ia pun mendapati fakta bahwa anak anak di TPA sering diberi air mentah.

‘’Makanya tidak heran kalau bayi tidak kuat. Di TPA itu ada tiga pengasuh dan ada lebih 50 bayi yang dititipkan. Jadi sangat mungkin tidak terawasi semua,’’ kata Risma lagi.

Pernyataan Risma juga diperkuat dengan penjelasan dokter yang mendiagnosa si bocah sering meminum air mentah, sehingga banyak cairan dalam dada yang perlu disedot keluar.

‘’Saya hanya bisa berdoa untuk kesembuhan anak saya. Semoga segera membaik Ya Alloh,’’ katanya meneteskan air mata.

Baca Juga:  Kepedulian Warga Sebatik, Membenahi TPU di Desanya
RSUD menguruskan BPJS

Kondisi dua bayi berusia setahun yang merupakan anak dari karyawan PT BSI Seimanggaris, dibenarkan oleh Bidang Pelayanan Medik RSUD Nunukan, Guntur Soekarno Hasan.

‘’Dua bayi usia setahun datang ke RSUD di hari yang sama, dua hari lalu. Satunya dari Jawa, satunya dari NTT. Tapi yang dari NTT lebih parah kondisinya, bayinya kurus kering dan sedang koma, dirawat di ruang PICU,’’ kata dia.

Guntur menjelaskan, kedua karyawan PT BSI tersebut tidak memiliki BPJS, sehingga menjadi kendala dalam administrasi dan pelayanan medisnya.

Kendati demikian, RSUD Nunukan memiliki tim khusus yang mengurusi pembuatan PBI BPJS APBN, sehingga kedua pasien dimaksud, bisa mendapat perawatan dengan maksimal.

‘’Kita sudah buatkan BPJS nya, jadi masalah biaya bisa tercover,’’ jelasnya.

Korban Calo

Riska dan suaminya Arifin, ternyata baru seminggu bekerja di perusahaan tersebut.

Keduanya tertipu calo pencari kerja, sehingga kebingungan menghadapi kondisi anaknya yang sakit dan butuh biaya perawatan tidak sedikit.

‘’Awalnya kami bekerja di Kalimantan Timur. Kami ingin pulang tapi tidak punya uang karena gaji untuk memenuhi kebutuhan bayi. Saat itulah ada tawaran kerja dengan gaji lumayan, kami memutuskan setuju,’’ tuturnya.

Mereka kemudian dijemput dengan mini bus, berisikan lebih 7 orang. Bus terus melaju selama dua hari dua malam, hanya berhenti di emperan toko saat hujan.

Di emperan toko pula, para penumpang mini bus yang merupakan korban calo, berdempetan tidur, tak terkecuali dengan bayi Naufal.

‘’Mobil sempat mau masuk jurang karena jalan terus, jarang berhenti. Rasanya lelah sekali, kasihan si bayi,’’ keluhnya.

Risma dan suaminya yang hanya berbekal KTP scan, sempat kesulitan masuk kerja, meski calo mengatakan HRD PT BSI sudah menyetujui.

Baca Juga:  Perhatian Terhadap Warga Isoman Kurang Maksimal, PMI Nunukan Galang Bantuan

‘’Akhirnya saya diminta mengurus KTP, saya bayar Rp 2 juta untuk mendapat KTP demi bisa bekerja,’’ katanya lagi.

Kata Risma, Perusahaan PT BSI mewajibkan suami istri bekerja dari Pukul 05.00 – 17.00 wita, dengan gaji Rp 3,3 juta sebulan. Karena kewajiban suami istri harus bekerja itulah, bayi Naufal dititipkan di TPA perusahaan. (Dzulviqor)

Loading

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Lainnya

Nunukan

NUNUKAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Nunukan, merilis hasil investigasi kasus hilangnya uang nasabah bernama Betris, senilai kurang lebih Rp. 384 juta, Selasa,...

Olahraga

NUNUKAN – Sabri, salah satu Atlet panjat tebing asal Nunukan, yang pernah meraih medali emas (perorangan) pada PON XVII 2012 di Riau, Perunggu (perorangan)...

Hukum

Menanggapi keterlibatan dua angotanya, Syaiful menegaskan, tidak ada toleransi bagi anggotanya yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

Nunukan

NUNUKAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) menggelar senam sehat, bertajuk ‘Bilang aja gak terhadap kejahatan perbankan’, di halaman Kantor Cabang BRI, Jalan TVRI, Nunukan...