Site icon Kabar Nunukan

DPRD Desak Bangun Ulang Dermaga Sei Nyamuk Yang Ambruk

NUNUKAN – Jembatan kayu yang menjadi akses masuk menuju dermaga Sei Nyamuk dan Pos Pantau TNI AL, ambruk akibat lapuk termakan usia.

Akibatnya, perputaran ekonomi masyarakat seperti tukang ojek yang antar jemput penumpang, serta para pedagang di sekitar dermaga, berhenti total.

Selain itu, akses masuk menuju Pos Pantau TNI AL dari darat, juga ikut terpengaruh. Padahal Pos tersebut, memiliki fungsi vital dalam menyekat masuknya barang Larangan dan Terbatas (Lartas), baik itu narkoba, atau barang terlarang lainnya.

‘’Ini berkaitan dengan sejarah dermaga pertama di Pulau Sebatik, dan tentang pertahanan Negara. Menurut kami, sebaiknya ada pelestarian sejarah dengan membangun ulang jembatan dengan konstruksi beton agar lebih kokoh,’’ ujar Anggota DPRD Nunukan, Andre Pratama, Rabu (24/4/2024) kemarin.

Menurut Andre, sangat tidak bijak membiarkan runtuhnya jembatan yang merupakan akses darat menuju Dermaga Rakyat Sei Nyamuk.

Selain memiliki histori penting berkaitan dengan salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia, jembatan tersebut juga menjadi akses bagi para TNI AL untuk memastikan pengawasan dan penindakan atas ragam tindak pidana di batas territorial laut Pulau Sebatik.

‘’Menurut saya, kita bangun ulang dermaga, kita jadikan dermaga bongkar muat barang dari Malaysia. Dengan demikian, akan ada PAD disini, dengan tata kelola managemen yang baik. Kita serahkan ke UPT Perhubungan ataupun pengelola pelabuhan,’’ kata Andre lagi.

Seperti diketahui, bersebelahan dengan dermaga yang ambruk itu, terdapat Pelabuhan Lintas Batas Negara (PLBN), yang bakal berfungsi untuk lalu lintas masuk orang dengan rute internasional.

Oleh karenanya, pembangunan dermaga sei nyamuk, diharap dapat mengakomodir bongkar muat barang dengan mengenakan retribusi yang dapat menjadi PAD bagi Nunukan.

‘’Dengan eksisnya dermaga rakyat Sei Nyamuk, pelabuhan pelabuhan ‘tikus’ bisa diminimalisir, dan semua terpusat disini. Ada TNI, Polri, dan semua instansi yang berhubungan. PAD dapat, fungsi keamanan dan pertahanan juga berjalan beriringan,’’ imbuhnya.

Lanjut Andre, meski biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali jembatan tersebut tidak sedikit, Pemda dapat bersama-sama menghadap ke Pemerintah Pusat, untuk memaparkan urgensi pembangunan dimaksud.

‘’Bisa minta bantuan ke BNPP, Kemendag, sampai Kemenhan. Kita sama sama paparkan urgensi jembatan Sei Nyamuk. Asal ada kemauan, saya yakin Pusat sudah tahu posisi Pulau Sebatik yang merupakan daerah perbatasan Negara,’’ jelasnya.

Terpisah, Kepala UPT Lalu Lintas dan Angkutan Sebatik, Dinas Perhubungan Nunukan, Zainal Abidinsyah, mengatakan Dermaga Sei Nyamuk merupakan salah satu aset vital bagi kebutuhan warga perbatasan RI – Malaysia ini.

Sejak dibangun sekitar tahu 1980 lalu, Dermaga Sei Nyamuk menjadi dermaga paling sibuk, baik untuk lalu lintas orang dan barang.

‘’Dan dengan ambruknya jembatan, PAD kita hilang. Penghasilan masyarakat yang mengandalkan keberadaan dermaga juga hilang karena semua aktivitas dermaga sementara kita pindahkan ke PLBN,’’ kata Zainal.

Kondisi jembatan Sei Nyamuk, sudah miring sejak 2018 lalu. Aktivitas dermaga, mulai dipindahkan untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat keadaan jembatan yang rawan ambruk.

‘’Kami setuju dengan apa yang dikatakan Pak Dewan, jembatan segera dibangun beton, dan dijadikan Pera (Pelabuhan Rakyat). Fungsi pelayanan pelabuhan berjalan, dan begitu juga untuk fungsi pertahanan, mengingat Pos Pantau TNI AL Sei Nyamuk, juga diakses dari jembatan yang ambruk,’’ kata dia. (Dzulviqor)

Exit mobile version