Site icon Kabar Nunukan

Cerita Perjuangan Para Pengusaha di Perbatasan RI – Malaysia Dalam Membendung COVID-19

sejumlah Nakes di Sebatik yang masih menggunakan APD jas hujan sekitar bulan April 2020. Dokumentasi dr.Agil.

NUNUKAN – Penularan wabah COVID-19 masih menjadi momok menakutkan, khususnya bagi warga yang tinggal di perbatasan RI – Malaysia, di pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

Namun demikian, ketakutan tersebut justru menginspirasi para pengusaha di beranda NKRI untuk berjibaku membendung virus yang sudah hampir dua tahun ini menghantui bahkan mulai bermutasi.

‘’Sejak awal pandemi sekitar Maret 2020 lalu, para pengusaha disini sudah melakukan banyak cara. Mereka memanfaatkan  relasi mereka untuk memesan APD, alat rapid tes dan vitamin,’’ ujar Kepala Puskesmas Sebatik dr.Andi Syahriful Asri, Jumat (25/6/2021).

Dari sekian banyak pengusaha di Pulau Sebatik, nama Nuwardi seakan menjadi ikon dan inspirasi bagi pengusaha lain dalam memutus mata rantai penularan virus mematikan tersebut.

‘’Beliau (Nuwardi) menyiapkan gedung untuk posko COVID-19. Beliau yang urus semua kebutuhan nakes dan peralatan di posko. Ada tiga gedung yang disiapkan, tapi karena harus ada satu gedung terpusat, kami pilih yang ada di tengah kota,’’ lanjut Andi Syahriful.

Peran Pengusaha Mengatasi Kelangkaan APD.

Andi Syahriful menceritakan, sekitar bulan April 2020, saat itu penularan corona mulai menggila yang mengakibatkan kelangkaan APD.

Saat itu para nakes hanya mengenakan jas hujan sebagai pengganti APD, lagi-lagi Nuwardi tampil sebagai inovator dan inspirator.

Nuwardi lalu berkoordinasi dengan para dokter untuk meminta contoh bahan yang bagus untuk pembuatan APD.

‘’Beliau membeli bahannya, terus pergi ke tukang jahit untuk membuat APD. Bahkan untuk face shield, bahan yang digunakan masih plastik yang biasa digunakan di foto copy,’’ katanya.

Akhirnya para pengusaha lain juga melakukan hal yang sama dengan Nurwardi.

Alhasil kendala APD untuk para nakes di posko COVID-19 dan sejumlah pelabuhan Sebatik, bisa teratasi.

Tak hanya itu, Nuwardi juga memesan alat rapid test langsung dari China. Pada awal pandemi harganya masih berkisar Rp. 2 juta per pcs.

‘’Puluhan alat rapid tes dibeli memanfaatkan chanel yang beliau punya karena saat itu sulit sekali mendapat alat itu. Ada puluhan orang yang dirapid termasuk TNI Polri untuk meminimalkan resiko, mereka pelayan publik, berkontak dengan orang banyak,’’ imbuhnya.

Pulau Sebatik yang merupakan jalur perbatasan RI – Malaysia menyimpan potensi besar penularan COVID-19, karena menjadi salah satu jalur utama pelintasan orang dan barang.

Nuwardi selalu mengatakan, akan sangat berbahaya apabila membiarkan virus tersebut masuk Indonesia melalui jalur perbatasan.

Pengusaha yang terkenal akan kedermawanannya ini, selalu mewanti-wanti agar dilakukan pengetatan di sekitar 17 jalur-jalur rawan di seluruh Sebatik yang biasa digunakan perlintasan menuju Malaysia dan sebaliknya.

Dia juga yang menginisiasi pembuatan alat cuci tangan di lokasi-lokasi strategis dan fasilitas umum di pulau Sebatik.

‘’Saking sosial dan pedulinya, dia memesan alat PCR dari Australia. Beliau takut karena hasil rapid tes diterima lama sekali, sampai kadang lebih sepuluh hari baru diterima. Kita harus mengirim sampel ke BBLK Surabaya yang butuh waktu lama,’’ kata Andi Syahriful lagi.

Memesan Mesin PCR.

Nuwardi bahkan sudah memikirkan semua hal berkaitan dengan mesin PCR. Tak terkecuali tenaga medis untuk operasional mesin pendeteksi virus COVID-19 tersebut.

Ia meminta dr.Andi Syahriful Asri untuk menyiapkan SDM. Tanpa fikir panjang, ada 3 orang yang siap didatangkan dari alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) Makasar.

Sayangnya, regulasi pembelian alat PCR ternyata harus melalui rekomendasi Pemerintah Daerah. Sehingga alat yang sudah dipesannya dari Australia tersebut terpaksa dibatalkan.

‘’Beliau akhirnya membeli vaksin flu dan pneumoni saat itu. ada sekitar 12 vaksin yang dibeli untuk tenaga prioritas yang ada di garid depan penanganan COVID-19. Beliau juga turun langsung membagikan masker di jalan utama Sebatik untuk masyarakat. Semua buruh dan warga yang terdampak COVID-19 mendapat jaminan sembako dari beliau,’’ katanya.

Semangat kepedulian yang dibalut dengan gotong royong oleh para pengusaha Sebatik, dikatakan menjadi spirit dan motivasi para nakes untuk berjibaku menahan penyebaran COVID-19.

Karena kekompakan para pengusaha Sebatik, masalah sarana prasarana, obat-obatan serta konsumsi nakes selalu terjamin.

‘’Itu bisa dikatakan sejarah berdirinya Posko COVID-19 pertama di Pulau Sebatik. Sampai saat ini, pak Haji Nuwardi selalu memantau dan bertanya apa yang dibutuhkan para nakes Sebatik,’’ kata Andi Syahriful. (Dzulviqor)

Exit mobile version